Langkah PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) masuk Bursa Efek Indonesia semakin mantap. Pengelola klub sepakbola Persib Bandung ini membidik dana Rp 200 miliar dari penjualan saham lewat initial public offering (IPO). 
Persib tengah menyeleksi underwriter untuk IPO itu. Ada tiga sekuritas yang dijajaki: Bahana Securities, Mandiri Sekuritas dan Buana Capital.

Persib mungkin akan menunjuk dua underwriter. Pasalnya, Persib ingin menawarkan sahamnya di Jawa Barat dan nasional. "Kami berharap IPO pada September (2012), minimal sudah paparan publik," kata Muhammad Farhan, Direktur Persib Bandung di Jakarta, Jumat (8/6). Persib akan memakai laporan keuangan Maret sebagai dasar pelaksanaan IPO.

Klub berjuluk Maung Bandung ini akan memakai dana hasil IPO untuk dua keperluan. Pertama, Persib akan membeli tanah seluas 4 hektar (ha). Di lahan itu Persib akan membangun tiga lapangan latihan berskala internasional dan satu stadion mini.

Kedua, Persib akan memakai dana IPO untuk memperkuat struktur permodalan. Persib ingin terus merekrut pemain-pemain berkualitas demi meraih prestasi di Liga Indonesia. Farhan optimistis IPO Persib mendapat sambutan positif. Berdasarkan survei Persib Bandung pada 2011, mereka memiliki 5,37 juta penggemar yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya dan 19 kota lain di Jabar.

Sekitar 18% dari jumlah itu masuk kategori fanatik. Sementara 30% dari total penggemar Persib masuk kategori enthusiast yaitu suporter sejati tapi tetap objektif. Sebanyak 31% penggemar Persib masuk kategori fans yaitu loyal tapi toleran dan berpikiran terbuka terhadap tim lain. Sisanya sebanyak 21% masuk kategori soliter atau hanya nonton di rumah dan penuh pertimbangan.

Persib bakal mengkapitalisasi dukungan penggemarnya melalui skema keanggotaan (membership) secara online. Di tahap awal Persib siap meregistrasi 100.000 penggemar pada tahun ini. "Penggemar yang besar ini akan menjadi modal untuk menopang kinerja keuangan Persib," ungkap Farhan. Persib juga akan memaksimalkan pendapatan dari seponsor, tiket dan penjualan jersey maupun pernak-pernik lain (merchandise). Persib optimstis bisa meraup pendapatan Rp 23 miliar - Rp 24 miliar di 2012, atau meningkat 44%-50% darp pendapatan tahun lalu senilai Rp 16 miliar.

Namun IPO Persib dinilai kurang prospektif. Lukas Setia Atmaja, pengamat pasar modal Prasetya Bussines School menilai, IPO Persib terhambat kondisi industri sepakbola di Indonesia.

Kondisi sepakbola masih carut-marut karena perebutan kekuasaan di tingkat pengurus PSSI. Hal ini membuat pertandingan sepakbola kurang menarik sebagai tontonan maupun bagi sponsor.

Sepakbola belum menjadi industri yang ajeg dengan perputaran uang besar. Sistem kontrak siaran langsung televisi, misalnya, tak terlalu besar dampaknya bagi keuangan klub. Penjualan merchandisejuga diharapkan karena penggemar lebih banyak membeli produk bajakan ketimbang resmi.

Berdasarkan pertimbangan itu, saham IPO Persib mungkin tak terlalu diminati investor rasional yang memang ingin meraup untung. Tapi, Persib bisa memanfaatkan penggemar fanatiknya untuk menyerap saham IPO. "Mereka itu kan kecintaannya besar, jadi beli saham bukan cari untung tapi kebanggan terhadap klub yang didukungnya," kata Lukas.


Sumber: Harian Kontan, Edisi Sabtu, 9 Juni 2012